
Cara Membedakan Golongan Obat Tradisional Melalui Logo
Saat ini, banyak orang cenderung memilih untuk membeli obat secara mandiri di apotek untuk mengatasi gejala penyakit ringan seperti pusing, nyeri, demam, batuk, pilek, dan diare sebelum memeriksakan diri ke dokter. Fenomena ini dikenal dengan istilah swamedikasi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami penandaan yang terdapat pada kemasan obat. Setiap logo yang tertera pada kemasan obat memiliki arti yang berbeda dan menunjukkan golongan obat tertentu. Sayangnya, tidak semua orang menyadari atau memahami simbol-simbol tersebut.
Mengonsumsi obat dengan cara yang benar merupakan langkah penting dalam upaya mencapai kesembuhan. Salah satu cara untuk memastikan keamanan obat yang dikonsumsi adalah dengan mengetahui logo pada kemasan. Selain mencantumkan informasi mengenai kandungan dan cara penggunaan, produsen farmasi juga menyertakan logo khusus yang berfungsi sebagai kode untuk mengidentifikasi jenis obat. Setiap logo memiliki makna yang berbeda dan memberikan informasi penting mengenai keamanan penggunaan obat tersebut. Menurut Binti Muzayyanah, kode logo ini menggolongkan obat berdasarkan kegunaan dan tingkat keamanannya.
Obat tradisional, atau yang lebih dikenal sebagai obat herbal, sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai jenis jamu seperti beras kencur, paitan, dan temulawak sering kali disebut sebagai bentuk kearifan lokal dari berbagai daerah. Namun, apa sebenarnya pengertian dan penggolongan obat tradisional? Obat tradisional tidak hanya terbatas pada jamu gendong atau ramuan tradisional lainnya; saat ini, bentuk-bentuk modern seperti tablet, sirup, dan krim juga telah diadopsi dalam kategori obat tradisional. Secara umum, obat tradisional terdiri dari bahan atau ramuan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan sesuai dengan norma masyarakat. Berdasarkan bukti dan standarisasi khasiat serta keamanannya, obat tradisional dibagi menjadi tiga kriteria: jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Obat yang dilengkapi dengan logo menunjukkan bahwa produk tersebut telah mendapatkan izin edar dari Badan POM dan diakui aman untuk digunakan. Meskipun demikian, pengguna tetap harus memperhatikan indikasi yang sesuai dengan warna atau bentuk logo tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami arti logo yang ada pada kemasan obat agar dapat mengonsumsinya dengan lebih aman. Berikut adalah penjelasan mengenai simbol-simbol obat pada kemasan yang perlu diketahui :
1. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Logo jamu berbentuk “daun yang disusun melingkar”. Sebagaimana dijelaskan dalam pengobatan tradisional, pengertian jamu sama dengan obat tradisional yaitu campuran komponen tumbuhan, komponen hewani, komponen mineral, ekstrak. . Obat herbal merupakan jenis obat tradisional yang paling sederhana, khasiat dan keamanannya hanya berdasarkan pengalaman atau bukti. Bukti genetik. Bahan baku yang digunakan tidak perlu terstandarisasi, namun tetap harus memenuhi persyaratan mutu tertentu yang ditentukan (Farmakope atau Peraturan Kepala Badan). Karena tingkat pembuktiannya umum, maka klaim Jamu juga tidak boleh melebih-lebihkan. Jamu merupakan Jenis obat tradisional yang paling banyak beredar di Indonesia (puluhan ribu produk), contoh Obat Tradisional Jamu antara lain: Ambeven (membantu meringankan Wasir atau Ambeien), CURCUMA FCT (membantu memelihara kesehatan fungsi hati).
2. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat yang berasal dari bahan alam atau obat tradisional yang telah terbukti aman dan efektif melalui penelitian ilmiah, termasuk uji praklinik, serta bahan bakunya telah distandarisasi. Logo OHT ditandai dengan gambar “jari-jari daun (3 pasang) dalam lingkaran”. Jamu dapat ditingkatkan menjadi obat tradisional dengan melakukan standarisasi pada bahan yang digunakan serta melakukan uji toksisitas dan farmakodinamik secara pre-klinik. Proses standarisasi bahan baku melibatkan kontrol kualitas melalui berbagai pengujian untuk memastikan kandungan aktif tetap konsisten, sehingga khasiat dan keamanannya terjaga, seperti pengujian kadar quercetin dalam ekstrak jambu biji. Setelah melalui proses standarisasi, OHT harus dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji khasiat dan toksisitas pada hewan percobaan seperti mencit atau kelinci, contohnya adalah uji efek penurunan frekuensi buang air besar (BAB) dari ekstrak daun jambu biji. Karena tingkat pembuktiannya berada di level menengah, klaim yang dapat diajukan juga berada pada tingkat yang sama. Di Indonesia, saat ini terdapat 97 produk OHT yang beredar. Sediaan OHT di Indonesia masih berjumlah 97 produk, Contoh sediaan OHT antara lain: Diapet, Tolak angin dan Antangin JRG + Madu.
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang berasal dari bahan alam atau obat tradisional yang telah terbukti aman dan efektif melalui penelitian ilmiah, termasuk uji praklinik dan uji klinik. Bahan baku serta produk akhir dari fitofarmaka telah distandarisasi. Logo fitofarmaka ditandai dengan gambar “jari-jari daun yang membentuk bintang” dalam lingkaran. Kelebihan fitofarmaka dibandingkan dengan Obat Herbal Terstandar (OHT) terletak pada standarisasi produk akhir dan pelaksanaan uji klinik. Proses standarisasi bahan baku dilakukan dengan kontrol kualitas melalui berbagai pengujian untuk memastikan kandungan aktif tetap konsisten, sehingga khasiat dan keamanannya terjaga, seperti pengujian kadar senyawa aktif dari herba meniran. Setelah proses standarisasi, fitofarmaka harus dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji khasiat dan toksisitas pada hewan percobaan seperti mencit atau kelinci, serta melalui uji klinik pada manusia. Contohnya termasuk uji efek peningkatan respon imun dari ekstrak meniran pada mencit dan pengujian toksisitasnya. Jika produk lolos uji pra-klinik, maka dilanjutkan dengan uji klinik pada manusia. Karena tingkat pembuktiannya yang tinggi, klaim yang dapat diajukan berada pada level menengah hingga tinggi. Saat ini, terdapat 33 produk fitofarmaka yang terdaftar di Indonesia. Beberapa contoh sediaan fitofarmaka antara lain adalah Stimuno, yang berfungsi untuk merangsang dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, serta Diabetadex, yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah.
Sebagai konsumen yang cerdas, penting untuk memahami perbedaan golongan obat tradisional melalui logo yang tertera pada kemasannya. Dengan mengenali logo-logo ini, kita dapat memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan memastikan keamanan penggunaan produk tersebut. Informasi ini tidak hanya membantu dalam memilih produk yang tepat, tetapi juga membantu mendukung praktik kesehatan yang lebih aman dan bijak. Selalu pastikan untuk membaca label dengan seksama dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika perlu. Dengan begitu, kita dapat menggunakan obat tradisional secara optimal dan bertanggung jawab.